Wednesday, September 3, 2008

Hari ini iwoth membaca artikel yang sangat menarik tentang Landscape Photography yang diposting oleh Yadi Yasin di Focus Nusantara. Yadi Yasin memberikan 14 tips agar foto lanscape kita menjadi lebih menarik. Berikut link dari artikel tersebut di www.focusnusantara.com

Summary dari tips tersebut secara sederhana kurang lebih demikian

1. Fokus yang tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon

Untuk mendapatkan fokus yang tajam terdapat trik-trik berikut: Gunakan setting bukaan diafragma (apperture) sekecil mungkin atau dengan f number yang besar. Sifat atau karakteristik dari diafragma kecil adalah semakin mempesar rentang focus atau dikenal dengan istilah Depth of Field. Apperture kecil misalnya f14, f16, f22, f32 dst. Efek samping dari trik ini adalah kita membutuhkan exposure time yang lebih lama (slow exposure) untuk mendapatkan intensitas cahaya yang cukup.

Trik lain yang perlu dilakukan untuk menjaga ketajaman gambar adalah dengan menggunakan tripod. Trik ini mendukung trik sebelumnya yang menggunakan f besar namun membutuhkan waktu expose yang lebih lama. Untuk lebih mengoptimalkan tripod, disarankan untuk ,menggunakan cable release atau remote control agar terhindar dari goyangan saat kita menekan tombol shutter release. trik untuk mengganti cable release atau remote adalah dengan menggunakan timer.

2. Mencari Focal Point

Menurut Yadi Yasin, foto yang baik harus memiliki focal point. Focal point atau titik focus adalah sebuah titik dalam sebuah foto dimana mata akan pertama kali tertuju saat kita melihat foto tersebut. Harap dibedakan focal point dengan POI (Point Of Interest). Focal point tidak harus menjadi POI walaupun terkadang saking kuatnya focal point, titik tersebut bisa menjadi POI.. (Susyah yaa..?)

Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang).
Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, tepi danau/laut,dst.


3. Foreground

Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape. Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan "sukses" tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.

4. Pilih salah satu, langit atau daratan

Dalam lanscape photography, secara umum terdapat 2 object yang sangat dominan yaitu langit dan daratan (atau lautan) Yadi Yasin selanjutnya menyarankan untuk memilih salah satu dari object tersebut dengan mengunakan teknik "Rule of Third" yang sudah pernah iwoth bahas pada posting sebelumnya. di link ini

Beriukut kutipan dari Yadi Yasin:
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Komposisi dgn menggunakan prisip "oldies" Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.

4. Capture moment & movement

Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape.

5. Bekerja sama dengan alam atau cuaca


Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.

Selain kesabaran dalam "menunggu" moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll.

6. Waktu pemotretan foto lanscape

Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).

Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana "golden light" atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.

Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.

7. Cek Horizon

Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:

- Apakah horizonnya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan
- Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik.

8. Variasi sudut pandang atau angle view

Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya "eye-level angle" (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.

Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah... tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.

9. Pergunakan peralatan bantu

Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
  • CPL filter : untuk lebih memekatkan/ saturasi warna, memekatkan warna biru pada langit, menghilangkan pantulan, dst.
  • ND filter : Untuk menurunkan exposure, untuk mendapatkan slow exposure speed. Dari ND2, ND4, ND8. ND400 hingga ND1000
  • Graduated ND filter :Untuk menyeimbangkan exposure antara bagian atas dan bawah, misalnya antara langit dan daratan. Dari ND 0.1, 0.2, 0.3, 0.6 hingga 1.2

10. Lensa yang dipergunakan

Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm - 35m), medium, (50mm - 85mm), hingga tele/super tele (100mm - 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.

Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg "bagus" walau memang berbeda.

11. Persiapan dan research

Kita membutuhkan research dan persiapan yang baik sebelum melakukan lanscape foto agar hasil foto optimal terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya.

Cek ulang dan test semua camera, lensa dan asessoris termasuk batre dan charger yang akan dibawa.

Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.

Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.

Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.

Gunakan tempat penyimpanan dan untuk melindungi peralatan/gear anda:

  • Simpanlah peralatan kamera anda dalam tasnya jika tidak dipergunakan. Pergunakanlah padlock/gembok dgn kualitas yang cukup baik untuk menguncinya.
  • Jika anda menginap di suatu cottage (biasanya didaerah pantai) atau hotel dengan kamar dilantai dasar, dengan jendela yang dapat terbuka, jangan meletakkan tas anda dekat jendela, baik saat meninggalkan kamar atau pada saat anda tidur. Tas dapat dengan mudah di “kail/pancing” dari luar.
  • Untuk peralatan lain seperti laptop, gunakan pengaman laptop , seperti kabel pengaman laptop (Notebook lock) yang dapat di ikatkan/ dilingkarkan ke suatu benda yang fix/ tetap seperti meja kayu, atau tiang besi.
  • Sangat penting untuk mengetahui informasi tentang keadaan sekitar suatu tempat tujuan dari orang-orang setempat, baik tentang cara menuju kesana, situasi keamanan atau daerah yang harus dihindari, misalnya dari resepsionis, penjaga pintu/doorman, dll. Sering bertanya, sehingga multiple source adalah lebih berguna dari single source.

That's the tips from Yadi Yasin.. Good tips and Trick.. check this link for the great sample photos from Yadi Yasin.

Salam..

Monday, July 28, 2008

Iwoth dapet artikel bagus dari TRENdigit@l tentang tips membeli kamera digital. Artikel tersebut cukup bagus untuk dijadikan referensi saat kita berburu kamera digital.

berikut detail artikel tersebut:

Apapun jenis kameranya - digital maupun analog, kunci utama sebuah kamera terletak pada teknologi lensa, karena komponen itulah yang menjadi mata kamera dalam membidik atau menangkap obyek.

Dari sisi teknologi lensanya, kita memiliki tiga pilihan teknologi kamera digital secara gradual, yaitu kamera saku, kamera semi-SLR, dan kamera SLR.

SLR (single lens reflex), adalah teknologi lensa bergerak yang terpasang di antara lensa kamera dengan media penangkap obyek. Teknologi SLR memungkinkan kamera mencitrakan obyek bidikan seperti aslinya atau apa adanya.

Hanya dibekali lensa zoom, kamera saku tidak memiliki kemampuan untuk mencitrakan obyek bidikan seperti aslinya. Selain itu, kamera jenis ini lambat dalam imagecapture, yaitu proses membidik hingga menyimpan hasil bidikan tersebut.

Setingkat di atas kamera saku adalah kamera semi-SLR, yaitu kamera digital yang dilengkapi dengan lensa SLR. Ada dua perbedaan pokok dengan kamera digital yang benar-benar SLR, yaitu lensa dan viewfinder. Kamera semi-SLR hanya memiliki lensa tunggal yang terpatri di bodi kamera, sehingga tidak bisa berganti lensa seperti yang ada pada kamera SLR.

Teknologi viewfinder-nya juga berbeda meski sama-sama menggunakan lensa SLR untuk membidik, karena yang tampil di LCD layar kamera semi-SLR adalah pencitraan digital. Sementara pada kamera SLR, yang tampil di LCD merupakan hasil pencitraan optik.

Yang jelas, kamera SLR merupakan kamera digital paling berkelas karena memiliki aneka koleksi lensa SLR untuk berbagai keperluan yang berbeda. Harganya menjadi mahal karena sebagian besar komponen harganya berasal dari variasi lensa SLR yang bisa dibongkar pasang sesuai kebutuhan.

Mau memilih genre kamera digital yang mana, tentunya harus disesuaikan kebutuhan. Kalau sekadar untuk suasana yang fun dan rekreatif, tentunya pilihannya adalah kamera saku yang murah meriah. Kalau untuk kebutuhan profesional tentu saja pilihannya adalah kamera SLR.

Nah kalau ingin mengakomodasikan kedua kebutuhan itu, pilihannya adalah kamera semi-SLR yang sering juga disebut sebagai kamera prosumer, singkatan dari kata professional dan consumer.

Setelah menentukan pilihan genre kamera digitalnya, kini saatnya untuk memperhatikan pada aspek pendukung kamera digital, yaitu resolusi, optical zoom, flash, image capture, dan mediapenyimpan.

Resolusi

Ukurannya adalah piksel (pixel). Semakin tinggi pikselnya, maka resolusi gambar yang dihasilkan akan semakin berkualitas. Kalau hanya sekadar mencetak seukuran foto dan bukan untuk membuat gambar sebesar poster, kamera digital dengan resolusi 3 megapiksel sudah memadai.

Optical zoom

Zoom adalah kemampuan memperbesar atau memperkecil obyek bidikan. Pastikan bahwa kamera digital yang akan Anda beli memiliki kemampuan optical zoom, artinya dilengkapi dengan lensa zoom.

Maklum, perkembangan teknologi software memungkinkan sebuah kamera digital melakukan zoom tanpa melibatkan lensa zoom.

Sebaiknya abaikan konsep digital zoom ini. Jangan silau dengan iming-iming berbagai efek gambar, seperti panorama, foto berbingkai dan sebagainya. Semua efek digital itu bisa dilakukan melalui komputer.

Flash

Kehadiran lampu kilat hukumnya wajib, karena akan sangat membantu ketika Anda harus membidik obyek dalam suasana yang gelap.

Namun lebih dari itu, hendaknya Anda memilih flash dengan fitur yang sangat krusial, seperti red eyereduction untuk mengurangi efek mata merah dan night scene untuk pemotretan di malam hari.

Image capture

Pastikan bahwa kamera tersebut responsif dalam membidik hingga menyimpan hasil bidikan. Bukan tidak mungkin Anda menemukan kamera saku dengan image capture yang responsif.

Cobalah dihitung waktunya ketika Anda mengklik tombol shutter hingga bidikannya tersimpan oleh kamera. Kalau ternyata kemampuannya lelet --misalnya lebih dari 5 detik, sebaiknya jangan Anda pilih.

Media penyimpan

Kamera digital selalu dilengkapi dengan kartu memori sebagai pengganti film foto. Pastikan Anda memiliki kartu memori cadangan, karena bukan tidak mungkin Anda harus memprosesnya dengan komputer dan kemudian membawanya ke studio foto untuk dicetak.

Setelah menentukan genre-nya serta memperhatikan kelima aspek di atas, selanjutnya terserah Anda! Silakan memilih harga dan merk yang pas di hati Anda. Selamat berburu!

thanks to Sutarno (Redaksi TRENdigit@l) for the good post @ this link http://www.trendigital.com/Website/News.aspx?id=6

Tuesday, July 15, 2008

Tips membuat photo menjadi soft focus

Kita sering melihat hasil photo dari seorang photographer profesional yang menampilkan photo wajah dengan fokus lembut atau dikenal dengan istilah soft-focus. Photo soft-focus umumnya diperoleh dengan menggunakan filter soft focus yang pada prinsipnya mengurangi ketajaman gambar.

Pada beberapa kamera digital dan SLR ada yang dilengkapi dengan fitur soft-focus tanpa harus menggunakan filter soft. Prinsip yang digunakan adalah dengan mengambil gambar 2 kali dalam 1 frame. Gambar pertama dengan fokus yang tajam, gambar kedua dengan fokus yang kabur. kemudian kedua foto digabung dengan memberikan transparansi tertentu pada gambar yang kabur.

Pada tutorial ini akan dilakukan proses membuat foto yang soft dengan metode seperti fitur kamera diatas yaitu membuat gambar blur dengan opacity (transparansi) tertentu. Berikut adalah contoh photo asli dan photo soft focus hasil editing dengan Photoshop CS2

Proses yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil foto di atas adalah sangat sederhana.

1 Buka foto yang akan di proses dengan photoshop. Foto tersebut akan menjadi layer Background

2 Duplikat layer Background dengan menge-drag ikon background ke ikon duplicat

3 Pilih layer Background copy, kita bekerja pada layer tersebut. Layer pada posisi atas menunjukkan layer berada lebih depan.

4 Rename layer background copy menjadi blur (atau apa saja). Penggantian nama layer akan sangat berguna jika kita bekerja dengan banyak layer.

5 Buat layer blur menjadi blur dengan fitur Gaussian Blur. Klik menu Filter, Blur, Gaussian Blur

6 Pilih nilai 5. anda bisa mencoba memilih nilai berapa saja dan mencoba hasilnya hingga sesuai dengan selera.

7 Rubah nilai opacity atau tingkat transparansi layer blur ke nilai 72. Anda bisa memilih nilai opacity sesuai selera.

8 Langkah selanjutnya adalah finishing dengan mengatur pencahayaan (level) dan mengatur kontras..

9 Level adjustment dilakukan dengan meng-klik menu Image, Adjustment, Level atau Ctr+L. Pada tutorial ini iwoth memilih untuk sedikit mengurangi cahaya dengan menggeser input level 'dark' (paling kiri menjadi 43)


10 Langkah terakhir, mengatur brightness dan contras nya dengan meng-klik menu Image, Adjustment, Brightness/Contrast

11Selesai.. Sangat simple kaan.. Anda bisa melakukan pengaturan brightness dan contrast atau menu adjustment lainnya atau mengatur kembali opacity hingga diperoleh hasil yang optimal sesuai selera.. Salam

Friday, June 20, 2008

Tips and Tricks Memotret Bunga

Seperti kupu2 dan serangga-serangga lain, bunga juga merupakan benda yang menarik sebagai subyek foto. Bentuk, teksture, dan warnanya sangat menarik untuk difoto. Memotret bunga hampir sama dengan memotret kupu-kupu yang sudah iwoth posting sebelumnya. Tentu saja memotret bunga lebih mudah dibanding dengan motret kupu-kupu atau serangga bergerak. Kita bisa mendekat, menghilangkan atau membersihkan obyek-obyek yang mengganggu sehingga interest atau subyek bunga bisa lebih ditonjolkan.Dalam memotret bunga, ketajaman tekstur dan komposisi warnanya harus terkam dengan baik. Pemotretan dengan close-up menjadi direkomendasikan untuk mendapatkan detail yang bak. Pada kamera biasanya terdapat fitur makro untuk membantu mengoptimalkan pemotretan close up. Gunakan ISO rendah untuk menjamin kerapatan warna. Tripod juga dapat digunakan untuk menghindari camera shake yang kerap muncul pada saat pemotretan close up apalagi dengan lensa zoom.Pemakaian lensa zoom juga disarankan untuk mendapatkan close up foto yang optimal tanpa harus terlalu mendekatkan kamera kearah subyek. Efek memperpendek rentang fokus yang dimiliki lesa zoom juga akan sangat membantu menonjolkan subyek dan mem-blur-kan background dan foreground.

Pilih warna-warna cerah

Yellow FlowerBunga pohon Waru sangat jarang diperhatikan orang. Namun warnanya yang kuning cerah diantara background dedaunan yang berwarna gelap menjadi sangat menarik untuk dijadikan ’aktris’ pemeran utama dalam sebuah photo. Perhatikan arah bunga menghadap ke kanan atas frame. Ruang disebelah kanan atas frame photo juga diberikan sedikit lebih luas.



My orchid blowsoom 07

Seperti foto diatas anggrek tanah disamping sebenarnya kurang menarik dilihat karena ukurannya yang kecil. Namun warna yang cerah dan tektur yang berwarna kontras ternyata sangat indah jika diambil secara close up. background yang gelap semakin menonjolkan kecerahan warna bunga

Canon EOS 350D; ISO100; f/5.6; 1/160 sec; 28/12/2006 08:01:06 AM


Bunga Segar dan FreshCristal 2
Bunga segar di pagi hari yang masih dibasahi embun atau yang barusan tersiram air hujan sangat bagus untuk dipotret. Kilau kristal air yang melekat menciptakan tekstur yang menambah daya tarik foto. Iwoth menggunakan lampu flash untuk menambah efek kilauan air.

Canon EOS 350D; ISO100; f/5.6; 1/80 sec; 23/12/2007 07:08:03 AM; Build in flash fired.



Morning Glory

Bunga disamping adalah bunga semak-semak yang berukuran kecil. dengan melakukan close up didapatkan foto bunga yang menarik.

Canon EOS 350D; ISO100; f/100; 1/50 sec; 22/12/2007 07:06:18 AM









Bunga ber-tekstur

0509 My Flowers 42Tektur dan warna menjadi kekuatan utama foto Bunga Petai disamping. Titik embun yang masih menepel memberikan tambahan pesona bunga.

Konika Minolta DiMAGE Z3; ISO100; f/4.5; 1/320 sec; 17/09/2005 07:29:56 AM

Thursday, June 19, 2008

Kegiatan memotret serangga misalnya capung, kupu-kupu, atau belalang adalah kegiatan outdoor photography yang sangat menarik. Selain bisa jadi sebuah olahraga, kegiatan ini bisa jadi kegiatan rekreasi menarik dan jika hasil perburuan kita bagus bisa menjadi kepuasan tersendiri.


Serangga, terutama kupu-kupu adalah subyek photo yang sangat menarik. Warna dan bentuknya banyak disukai baik oleh photographer pro maupun amatir. Pada sesi ini iwoth ingin berbagi tips dan trik pada saat kita melakukan kegiatan photography serangga bergerak.


Persiapan


Yang perlu disiapkan sebelum melakukan pemotretan serangga pada dasarnya adalah sama dengan persiapan melakukan kegiatan outdoor photogrphy. Pertama siapkan kamera dan segala perlengkapannya termasuk lensa. Jangan lupa membawa lensa zoom karena lensa ini akan sangat membantu menangkap subyek dari jarak yang ’lebih jauh’ agar tidak mengganggu serangga dan membuatnya kabur. Kegunaan lain lensa zoom adalah sangat efektif dalam menonjolkan point of interest yaitu subject serangga yang akan kita bidik. Efek lensa zoom adalah memperpendek rentang fokus yang dapat membuat blur background atau foreground diluar area yang difokuskan pada subject.


Tripod ngga perlu dibawa karena justru akan membuat repot. Kegiatan outdoor photography pada umumnya dilakukan pada siang hari dimana dukungan tripod kurang dibutuhkan. Dari pada repot-repot bawa tripot lebih baik bawa ransel yang berisi cukup minuman dan snack secukupnya agar tidak kelaparan dan dehidrasi. :-)


Waktu Pemotretan


Pilih waktu yang tepat untuk kegiatan pemotretan, jangan terlalu pagi karena para serangga mungkin masih pada tidur :) .. Namun jangan terlalu siang, karena intensitas cahaya yang matahari yang terlalu kuat dapat memberikan efek bayangan mengganggu selain itu ada efek lain yaitu membuat stamina kita cepet ngedrop kepanasan. Efek bayangan sinar matahari yang terik dapat diantisipasi dengan merubah arah sudut pemotretan atau dengan closeup.

Photo-photo berikut adalah photo yang iwoth hasilkan pada saat hunting secara tidak sengaja saat iwoth lagi ada kerjaan lapangan, pada beberapa hari yang berbeda. Dia betapa pentingnya selalu membawa kamera kemanapun dia pergi, sebab, momen bagus akan datang pada saat yang tidak disangka-sangka. iwoth menghabiskan waktu sekitar dua jam pada setiap sesi.

Beautifly 02

Kupu-kupu disamping memiliki ukuran asli yang tidak terlalu besar. warna sayapnya yang indah dengan bulatan warna merah yang kontras sangat menarik perhatian iwoth. Iwoth berdiri tegap dan berusaha stay still dan silent serta bersabar menunggu. Kupu-kupu yang terbang pasti kembali menemui pucuk bunga yang ditinggalkan.. (puitis bangeth).. Lensa zoom sangat membantu iwoth dalam mendapatkan pembesaran gambar. background tanah tampak sangat blur akibat efek lensa.

Iwoth menggunakan ISO 200 dengan kecepatan 1/350 detik untuk mengurangi camera shake karena iwoth menarik penuh lensa Sigmanya 300mm.


Canon EOS 350D; Sigma 28-300mm; ISO 200, f/6.3, 1/350sec; Focal length 300mm; 20/02/2007 12:43:50 PM


Beautifly 01

Kupu-kupu disamping sangat energik.. Sayapnya ngga mau diam walaupun dia sedang mengisap madu bunga liar di semak-semak. Iwoth harus bener sabar karena dia gampang terusik dan terbang, tapi dia akan kembali lagi menemui bunganya. Iwoth harus mengambil posisi tengkurap untuk menangkap gambar kupu-kupu ini. Iwoth membutuhkan kecapatan yang lebih tinggi agar pergerakan sayapnya dapat dia ’freeze’ dengan baik.

Canon EOS 350D; Sigma 28-300mm; ISO 200, f/7.1, 1/400sec; Focal length 300mm;
20/02/2007 12:30:50 PM



Capung d

Red Dragonfly di samping diambil dibawah terk matahari yang kuat. bayangan dibawah badan dan kepalanya sangat terlihat namun tidak terlalu mengganggu justru memberikan efek kilau pada mata dan sayapnya. Fungsi lensa Zoom ditambah pemilihan diafragma medium f/5.6 sangat berhasil memperpendek rentang fokus yang sangat membantu mem-blurkan foreground dan background sehingga fokus dapat di konsentrasikan pada badan subyek yang berwarna merah kontras. Point of interest photo sangat menonjol tidak terganggu oleh obyek2 lain.

Canon EOS 350D; Sigma 28-300mm; ISO 100, f/5.6, 1/400sec; Focal length 300mm;
20/02/2007 12:30:50 PM



belalang 03

Belalang hijau berikut diambil diantara semak2 belukar rumput gajah yang menjulang. Sebenarnya gambar disamping adalah sangat crowded (ramai) dan sangat tidak menarik karena belalang dan backgroundnya sangat dekat. sehingga belalang sebagai point of interest menjadi kurang menonjol dan bahkan tidak kelihatan. iwoth sengaja mengeditnya dengan PS dan ’membuat’ background jadi sangat blur. Tips photo editing seperti yang iwoth lakukan dismping Insya Allah akan iwoth posting beberapa waktu mendatang.

Tips lain yang perlu diperhatikan dalam pemotretan serangga bergerak adalah gunakan resolusi kamera yang paling maksimal. Dengan penggunaan resolusi paling maksimal kita dapat meng’crop’ hasil foto menjadi close up dengan ukuran yang masih ’relatif’ besar.

How a camera works..

Sebelum berkreasi lebih jauh untuk mendapatkan hasil photo yang menarik diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang cara kerja kamera. Pengetahuan tentang cara kerja kamera sangat diperlukan agar kita dapat melakukan antisipasi dan memilih setting yang tepat sesuai dengan keadaan dan suasana pada saat kita melakukan pemotretan.

Pada saat ini sebuah kamera digital baik compact (pocket), SLR, dan semi SLR dipasarkan dengan dengan berbagai fitur menarik dengan harga yang ’sangat terjangkau’. Menu dan fitur yang ditawarkan sangat banyak mulai dari yang serba otomatis, semi otomatis hingga setting manual sesuai kehendak kita. Untuk pemula memang disaran kan digunakan setting otomatis untuk menjamin foto yang dihasilkan dapat dilihat dengan baik.

Secara umum cara kerja sebuah kamera ’mirip’ dengan cara kerja mata kita dalam melihat sebuah benda yang pada dasarnya adalah proses perekaman atau penangkapan cahaya melalui lensa mata yang kemudian diteruskan ke retina dan diteruskan ke otak kita. Kerja kamera juga demikian, menangkap cahaya melalui lensa kamera yang diteruskan ke media penyimpanan (film untuk kamera analog, CMOS sensor untuk digital). Proses perekaman cahaya pada kamera secara mendasar dilakukan dengan pengaturan 3 (tiga) aspek yaitu pengaturan intensitas cahaya (diafragma), pengaturan kecepatan atau lama waktu perekaman (speed), dan pengaturan tingkat sensivitas media peekaman (ISO).

Dengan setting otomatis (automatic exposure) kamera bekerja berdasarkan setting yang sudah ditentukan (default) dari pabrik yang bekerja berdasarkan sensor cahaya. Setting pabrik yang dimaksudkan minimal adalah diafragma, kecepatan, ISO, dan tentunya fokus lensanya. Photographer hanya perlu mengatur sudut pengambilan, serta mengatur jauh dekat zoom lensanya. setelah itu tinggal klik, jadi deh fotonya. Tips untuk mendapatkan sudut pengambilan yang optimal yang memberikan hasil foto yang lebih menarik silahkan buka posting sebelumnya disini http://iwothdigital.blogspot.com/2008/06/tip-and-trik-digital-photography-basic.html


Mass Concrete Fdn


Foto kegiatan konstruksi disamping diambil saat subuh. Perpaduan lagit pagi dan cahaya lampu penerangan menjadi perpaduan yang menarik. Foto diambil dengan kamera compact digital (pocket) dengan auto exposure dimana pemilihan diafragma, kecepatan dan ISO secara otomatis oleh sensor di kamera. Tripod dibutuhkan untuk mengambil gambar karena kecepatan yang dibutuhkan cukup rendah yaitu 1/2 detik.

Olympus C2Z; ISO 160; f/2.8; 1/2 sec;

Pada tutorial ini iwoth mencoba membahas sedikit lebih detil tentang diafragma, kecepatan, iso, dan tentu tips-tips penggunaannya secara manual untuk mendapatkan hasil photo yang lebih menarik.


Diafragma (Apperture)

Diafragma pada sebuah kamera identik dengan pupil pada mata kita yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk. Diafragma dilambangkan dengan sebuah simbol F dengan nilai yang bervariasi tergantung diameter atau lobang untuk menangkap cahaya. Nilai apperture bisa f/0.95, f/1.7, f/2.3, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16/ f/22, f/32 bergantung dari pabrikan lensanya. yang perlu diperhatikan adalah nilai apperture yang semakin besar (misal f/32) berarti lobang atau diafragmanya semakin kecil atau dengan kata lain cahaya yang dapat menembus lensa semakin sedikit.

Karakteristik nilai diafragma selain berfungsi mengatur cahaya yang masuk, juga berfungsi untuk mengatur rentang fokus (depth of field, CMIIW). Nilai diafragma semakin kecil rentang fokus lensa akan semakin pendek, begitu juga sebaliknya. Penjelasan jang paling mudah dilakukan untuk karakteristik ini adalah sebagai berikut: diafragma kecil biasa dipilih untuk detil sebuah object benda misalnya bunga. dengan apperture kecil kita bisa mendapatkan fokus lensa hanya pada object yang diinginkan, sementara foreground dan backgroundnya tidak fokus atau blur. Sedangkan untuk diafragma bernilai besar, biasa digunakan untuk landscape photography dimana dengan apperture besar akan didapat rentang fokus yang panjang atau kita dapat mendapatkan hasil photo dengan fokus tidak hanya pada foreground namun juga pada backgroundnya.


Kecepatan (Exposure Time; Speed)

Kecepatan perekaman sangat berkaitan dengan diafragma. Misalnya kita akan memotret pada keadaan cahaya yang terbatas, kita membutuhkan cahaya yang lebih banyak dengan mengatur diafragma kecil dan kecepatan yang ’relatif’ lebih lambat. Fitur kecepatan pada sebuah kamera berbeda-beda tergantung pabrikan. Kecepatan pada sebuah kamera dilambangkan dengan angka-angka misalnya 25, 30, 60, 80, 100, 125, 160, 225, 250 dan seterusnya. arti dari angka tersebut adalah sebagai berikut: misalnya kecepatan yang tampak pada display 125 berarti kecepatan perekaman gambar adalah 1/125 detik. Berarti semakin rendah angka kecepatannya maka semakin lama proses perekaman yang dilakukan. Untuk perkekaman dibawah 1 detik biasanya ditunjukkan dengan angka sebenarnya yaitu 1s untk 1 detik, 2s untuk 2 detik dan seterusnya.

Kecepatan rendah banyak digunakan untuk mengoptimalkan masuknya cahaya, misalnya kita melakukan pemotretan pada malam hari. Sedangkan kecepatan tinggi banyak digunakan untuk memotret subyek bergerak misalnya memotret sebuah balapan mobil.


ISO/ASA (Film Speed)

berikut kutipan arti Wikipedia tentang ISO/ASA

From Wikipedia, the free encyclopedia:

Film speed is the measure of a photographic film’s sensitivity to light. Film with lower sensitivity (lower ISO/ASA speed) requires a longer exposure and is thus called a slow film, while stock with higher sensitivity (higher ISO/ASA speed) can shoot the same scene with a shorter exposure and is called a fast film. http://en.wikipedia.org/wiki/Film_speed

Dari kutipan tersebut dapat diterjemahkan bahwa ISO menunjukkan sensifitas media perekaman kamera terhadap cahaya atau lebih jauh sensifitas terhadap kerapatan warna. ISO rendah kurang sensitif jadi lebih membutuhkan kecepatan yang lebih lama. sedangkan ISO tinggi lebih sensitif dan dapat digunakan kecepatan perekaman yang relatif lebih cepat.

Dengan kamera digital, penggunaan ISO dapat lebih bervariasi dalam setiap pemotretan, sedangkan kamera analog yang menggunakan film sebagai media perekaman kita harus mengganti filem untuk merubah ISO. Cukup merepotkan. Variasi dan penggunaan ISO secara praktek pernah iwoth posting sebelumnya saat iwoth mengulas tentang lighting pada link berikut: http://iwothdigital.blogspot.com/2008/06/tip-and-trik-digital-photography.html

Secara praktis pemilhan ISO cenderung dihubungkan dengan kondisi cahaya pada saat pemotretan. Contoh extrimnya adalah sebagai berikut: pada saat pemotretan cahaya rendah misalnya memotret suasana kota pada malam hari, kita dapat menggunakan ISO 1600 dengan kecepatan 1/60 detik. kita masih dapat memegang kamera dengan stabil pada setting kecepatan tersebut dan menghasilkan gambar yang ’dapat dilihat’ cukup jelas. Namun hasil gambarnya tentu akan berbeda jika kita menggunakan ISO 100 dengan kecepatan 3 detik dan pemotretannya menggunakan tripod. Dengan ISO 1600 resolusi warna yang dihasilkan kurang rapat dan cenderung pecah, sedangkan dengan ISO 100 reolusi warnanya akan lebih rapat dan tidak pecah.


Fire Works

Foto kembang api disamping diambil dengan setting ISO 400 dan kecepatan rendah 1/2 detik. Dengan kecepatan rendah dihasilkan efek pergerakan cahaya tampak. Diperlukan kejelian dan sedikit trial n error pada saat memotret kembang api. Pemilihan kecepatan yang terlalu lama akan menghasilkan efek pergerakan cahaya yang dapat merusak. Sedangkan pemilihan ISO yang terlalu tinggi dapat memberikan hasil kerapatan warna yang kurang optimal. Foto diambil tapa menggunakan tripod karena dengan menggunakan tripod akan sangat ’ribet’ saat mengambil gambar kembang api.

Canon EOS 350D; ISO 400; f/5.6; 1/2 sec; 19/06/2008 07:18:28 PM


Beautifly 01Beautyfly diambil dengan kecepatan 1/400 detik untuk menangkap pergerakan sayapnya yang ’ngga bisa diam’. Butuh kesabaran untuk mengambil gambar kupu-kupu atau serangga yang lain. Sedikit pergerakan akan mengganggunya dan membuatnya terbang. Tips: Gunakan lensa Zoom yang memadai sehingga kita dapat menempatkan posisi yang tidak terlalu dekat. Namun kita harus benar2 stabil dalam memegang kamera karena dengan menarik Zoom lebih dekat resiko camera shake lebih besar yang membuat hasil foto kurang fokus.

Canon EOS 350D; ISO 200; f/7.1; 1/400 sec; 20/02/2007 12:30:50 PM



Any comments of this post will be so much appreciated for further discussion

Salam, iwoth

 

blogger templates | Make Money Online