Friday, June 20, 2008

Tips and Tricks Memotret Bunga

Seperti kupu2 dan serangga-serangga lain, bunga juga merupakan benda yang menarik sebagai subyek foto. Bentuk, teksture, dan warnanya sangat menarik untuk difoto. Memotret bunga hampir sama dengan memotret kupu-kupu yang sudah iwoth posting sebelumnya. Tentu saja memotret bunga lebih mudah dibanding dengan motret kupu-kupu atau serangga bergerak. Kita bisa mendekat, menghilangkan atau membersihkan obyek-obyek yang mengganggu sehingga interest atau subyek bunga bisa lebih ditonjolkan.Dalam memotret bunga, ketajaman tekstur dan komposisi warnanya harus terkam dengan baik. Pemotretan dengan close-up menjadi direkomendasikan untuk mendapatkan detail yang bak. Pada kamera biasanya terdapat fitur makro untuk membantu mengoptimalkan pemotretan close up. Gunakan ISO rendah untuk menjamin kerapatan warna. Tripod juga dapat digunakan untuk menghindari camera shake yang kerap muncul pada saat pemotretan close up apalagi dengan lensa zoom.Pemakaian lensa zoom juga disarankan untuk mendapatkan close up foto yang optimal tanpa harus terlalu mendekatkan kamera kearah subyek. Efek memperpendek rentang fokus yang dimiliki lesa zoom juga akan sangat membantu menonjolkan subyek dan mem-blur-kan background dan foreground.

Pilih warna-warna cerah

Yellow FlowerBunga pohon Waru sangat jarang diperhatikan orang. Namun warnanya yang kuning cerah diantara background dedaunan yang berwarna gelap menjadi sangat menarik untuk dijadikan ’aktris’ pemeran utama dalam sebuah photo. Perhatikan arah bunga menghadap ke kanan atas frame. Ruang disebelah kanan atas frame photo juga diberikan sedikit lebih luas.



My orchid blowsoom 07

Seperti foto diatas anggrek tanah disamping sebenarnya kurang menarik dilihat karena ukurannya yang kecil. Namun warna yang cerah dan tektur yang berwarna kontras ternyata sangat indah jika diambil secara close up. background yang gelap semakin menonjolkan kecerahan warna bunga

Canon EOS 350D; ISO100; f/5.6; 1/160 sec; 28/12/2006 08:01:06 AM


Bunga Segar dan FreshCristal 2
Bunga segar di pagi hari yang masih dibasahi embun atau yang barusan tersiram air hujan sangat bagus untuk dipotret. Kilau kristal air yang melekat menciptakan tekstur yang menambah daya tarik foto. Iwoth menggunakan lampu flash untuk menambah efek kilauan air.

Canon EOS 350D; ISO100; f/5.6; 1/80 sec; 23/12/2007 07:08:03 AM; Build in flash fired.



Morning Glory

Bunga disamping adalah bunga semak-semak yang berukuran kecil. dengan melakukan close up didapatkan foto bunga yang menarik.

Canon EOS 350D; ISO100; f/100; 1/50 sec; 22/12/2007 07:06:18 AM









Bunga ber-tekstur

0509 My Flowers 42Tektur dan warna menjadi kekuatan utama foto Bunga Petai disamping. Titik embun yang masih menepel memberikan tambahan pesona bunga.

Konika Minolta DiMAGE Z3; ISO100; f/4.5; 1/320 sec; 17/09/2005 07:29:56 AM

Thursday, June 19, 2008

Kegiatan memotret serangga misalnya capung, kupu-kupu, atau belalang adalah kegiatan outdoor photography yang sangat menarik. Selain bisa jadi sebuah olahraga, kegiatan ini bisa jadi kegiatan rekreasi menarik dan jika hasil perburuan kita bagus bisa menjadi kepuasan tersendiri.


Serangga, terutama kupu-kupu adalah subyek photo yang sangat menarik. Warna dan bentuknya banyak disukai baik oleh photographer pro maupun amatir. Pada sesi ini iwoth ingin berbagi tips dan trik pada saat kita melakukan kegiatan photography serangga bergerak.


Persiapan


Yang perlu disiapkan sebelum melakukan pemotretan serangga pada dasarnya adalah sama dengan persiapan melakukan kegiatan outdoor photogrphy. Pertama siapkan kamera dan segala perlengkapannya termasuk lensa. Jangan lupa membawa lensa zoom karena lensa ini akan sangat membantu menangkap subyek dari jarak yang ’lebih jauh’ agar tidak mengganggu serangga dan membuatnya kabur. Kegunaan lain lensa zoom adalah sangat efektif dalam menonjolkan point of interest yaitu subject serangga yang akan kita bidik. Efek lensa zoom adalah memperpendek rentang fokus yang dapat membuat blur background atau foreground diluar area yang difokuskan pada subject.


Tripod ngga perlu dibawa karena justru akan membuat repot. Kegiatan outdoor photography pada umumnya dilakukan pada siang hari dimana dukungan tripod kurang dibutuhkan. Dari pada repot-repot bawa tripot lebih baik bawa ransel yang berisi cukup minuman dan snack secukupnya agar tidak kelaparan dan dehidrasi. :-)


Waktu Pemotretan


Pilih waktu yang tepat untuk kegiatan pemotretan, jangan terlalu pagi karena para serangga mungkin masih pada tidur :) .. Namun jangan terlalu siang, karena intensitas cahaya yang matahari yang terlalu kuat dapat memberikan efek bayangan mengganggu selain itu ada efek lain yaitu membuat stamina kita cepet ngedrop kepanasan. Efek bayangan sinar matahari yang terik dapat diantisipasi dengan merubah arah sudut pemotretan atau dengan closeup.

Photo-photo berikut adalah photo yang iwoth hasilkan pada saat hunting secara tidak sengaja saat iwoth lagi ada kerjaan lapangan, pada beberapa hari yang berbeda. Dia betapa pentingnya selalu membawa kamera kemanapun dia pergi, sebab, momen bagus akan datang pada saat yang tidak disangka-sangka. iwoth menghabiskan waktu sekitar dua jam pada setiap sesi.

Beautifly 02

Kupu-kupu disamping memiliki ukuran asli yang tidak terlalu besar. warna sayapnya yang indah dengan bulatan warna merah yang kontras sangat menarik perhatian iwoth. Iwoth berdiri tegap dan berusaha stay still dan silent serta bersabar menunggu. Kupu-kupu yang terbang pasti kembali menemui pucuk bunga yang ditinggalkan.. (puitis bangeth).. Lensa zoom sangat membantu iwoth dalam mendapatkan pembesaran gambar. background tanah tampak sangat blur akibat efek lensa.

Iwoth menggunakan ISO 200 dengan kecepatan 1/350 detik untuk mengurangi camera shake karena iwoth menarik penuh lensa Sigmanya 300mm.


Canon EOS 350D; Sigma 28-300mm; ISO 200, f/6.3, 1/350sec; Focal length 300mm; 20/02/2007 12:43:50 PM


Beautifly 01

Kupu-kupu disamping sangat energik.. Sayapnya ngga mau diam walaupun dia sedang mengisap madu bunga liar di semak-semak. Iwoth harus bener sabar karena dia gampang terusik dan terbang, tapi dia akan kembali lagi menemui bunganya. Iwoth harus mengambil posisi tengkurap untuk menangkap gambar kupu-kupu ini. Iwoth membutuhkan kecapatan yang lebih tinggi agar pergerakan sayapnya dapat dia ’freeze’ dengan baik.

Canon EOS 350D; Sigma 28-300mm; ISO 200, f/7.1, 1/400sec; Focal length 300mm;
20/02/2007 12:30:50 PM



Capung d

Red Dragonfly di samping diambil dibawah terk matahari yang kuat. bayangan dibawah badan dan kepalanya sangat terlihat namun tidak terlalu mengganggu justru memberikan efek kilau pada mata dan sayapnya. Fungsi lensa Zoom ditambah pemilihan diafragma medium f/5.6 sangat berhasil memperpendek rentang fokus yang sangat membantu mem-blurkan foreground dan background sehingga fokus dapat di konsentrasikan pada badan subyek yang berwarna merah kontras. Point of interest photo sangat menonjol tidak terganggu oleh obyek2 lain.

Canon EOS 350D; Sigma 28-300mm; ISO 100, f/5.6, 1/400sec; Focal length 300mm;
20/02/2007 12:30:50 PM



belalang 03

Belalang hijau berikut diambil diantara semak2 belukar rumput gajah yang menjulang. Sebenarnya gambar disamping adalah sangat crowded (ramai) dan sangat tidak menarik karena belalang dan backgroundnya sangat dekat. sehingga belalang sebagai point of interest menjadi kurang menonjol dan bahkan tidak kelihatan. iwoth sengaja mengeditnya dengan PS dan ’membuat’ background jadi sangat blur. Tips photo editing seperti yang iwoth lakukan dismping Insya Allah akan iwoth posting beberapa waktu mendatang.

Tips lain yang perlu diperhatikan dalam pemotretan serangga bergerak adalah gunakan resolusi kamera yang paling maksimal. Dengan penggunaan resolusi paling maksimal kita dapat meng’crop’ hasil foto menjadi close up dengan ukuran yang masih ’relatif’ besar.

How a camera works..

Sebelum berkreasi lebih jauh untuk mendapatkan hasil photo yang menarik diperlukan beberapa pengetahuan dasar tentang cara kerja kamera. Pengetahuan tentang cara kerja kamera sangat diperlukan agar kita dapat melakukan antisipasi dan memilih setting yang tepat sesuai dengan keadaan dan suasana pada saat kita melakukan pemotretan.

Pada saat ini sebuah kamera digital baik compact (pocket), SLR, dan semi SLR dipasarkan dengan dengan berbagai fitur menarik dengan harga yang ’sangat terjangkau’. Menu dan fitur yang ditawarkan sangat banyak mulai dari yang serba otomatis, semi otomatis hingga setting manual sesuai kehendak kita. Untuk pemula memang disaran kan digunakan setting otomatis untuk menjamin foto yang dihasilkan dapat dilihat dengan baik.

Secara umum cara kerja sebuah kamera ’mirip’ dengan cara kerja mata kita dalam melihat sebuah benda yang pada dasarnya adalah proses perekaman atau penangkapan cahaya melalui lensa mata yang kemudian diteruskan ke retina dan diteruskan ke otak kita. Kerja kamera juga demikian, menangkap cahaya melalui lensa kamera yang diteruskan ke media penyimpanan (film untuk kamera analog, CMOS sensor untuk digital). Proses perekaman cahaya pada kamera secara mendasar dilakukan dengan pengaturan 3 (tiga) aspek yaitu pengaturan intensitas cahaya (diafragma), pengaturan kecepatan atau lama waktu perekaman (speed), dan pengaturan tingkat sensivitas media peekaman (ISO).

Dengan setting otomatis (automatic exposure) kamera bekerja berdasarkan setting yang sudah ditentukan (default) dari pabrik yang bekerja berdasarkan sensor cahaya. Setting pabrik yang dimaksudkan minimal adalah diafragma, kecepatan, ISO, dan tentunya fokus lensanya. Photographer hanya perlu mengatur sudut pengambilan, serta mengatur jauh dekat zoom lensanya. setelah itu tinggal klik, jadi deh fotonya. Tips untuk mendapatkan sudut pengambilan yang optimal yang memberikan hasil foto yang lebih menarik silahkan buka posting sebelumnya disini http://iwothdigital.blogspot.com/2008/06/tip-and-trik-digital-photography-basic.html


Mass Concrete Fdn


Foto kegiatan konstruksi disamping diambil saat subuh. Perpaduan lagit pagi dan cahaya lampu penerangan menjadi perpaduan yang menarik. Foto diambil dengan kamera compact digital (pocket) dengan auto exposure dimana pemilihan diafragma, kecepatan dan ISO secara otomatis oleh sensor di kamera. Tripod dibutuhkan untuk mengambil gambar karena kecepatan yang dibutuhkan cukup rendah yaitu 1/2 detik.

Olympus C2Z; ISO 160; f/2.8; 1/2 sec;

Pada tutorial ini iwoth mencoba membahas sedikit lebih detil tentang diafragma, kecepatan, iso, dan tentu tips-tips penggunaannya secara manual untuk mendapatkan hasil photo yang lebih menarik.


Diafragma (Apperture)

Diafragma pada sebuah kamera identik dengan pupil pada mata kita yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk. Diafragma dilambangkan dengan sebuah simbol F dengan nilai yang bervariasi tergantung diameter atau lobang untuk menangkap cahaya. Nilai apperture bisa f/0.95, f/1.7, f/2.3, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16/ f/22, f/32 bergantung dari pabrikan lensanya. yang perlu diperhatikan adalah nilai apperture yang semakin besar (misal f/32) berarti lobang atau diafragmanya semakin kecil atau dengan kata lain cahaya yang dapat menembus lensa semakin sedikit.

Karakteristik nilai diafragma selain berfungsi mengatur cahaya yang masuk, juga berfungsi untuk mengatur rentang fokus (depth of field, CMIIW). Nilai diafragma semakin kecil rentang fokus lensa akan semakin pendek, begitu juga sebaliknya. Penjelasan jang paling mudah dilakukan untuk karakteristik ini adalah sebagai berikut: diafragma kecil biasa dipilih untuk detil sebuah object benda misalnya bunga. dengan apperture kecil kita bisa mendapatkan fokus lensa hanya pada object yang diinginkan, sementara foreground dan backgroundnya tidak fokus atau blur. Sedangkan untuk diafragma bernilai besar, biasa digunakan untuk landscape photography dimana dengan apperture besar akan didapat rentang fokus yang panjang atau kita dapat mendapatkan hasil photo dengan fokus tidak hanya pada foreground namun juga pada backgroundnya.


Kecepatan (Exposure Time; Speed)

Kecepatan perekaman sangat berkaitan dengan diafragma. Misalnya kita akan memotret pada keadaan cahaya yang terbatas, kita membutuhkan cahaya yang lebih banyak dengan mengatur diafragma kecil dan kecepatan yang ’relatif’ lebih lambat. Fitur kecepatan pada sebuah kamera berbeda-beda tergantung pabrikan. Kecepatan pada sebuah kamera dilambangkan dengan angka-angka misalnya 25, 30, 60, 80, 100, 125, 160, 225, 250 dan seterusnya. arti dari angka tersebut adalah sebagai berikut: misalnya kecepatan yang tampak pada display 125 berarti kecepatan perekaman gambar adalah 1/125 detik. Berarti semakin rendah angka kecepatannya maka semakin lama proses perekaman yang dilakukan. Untuk perkekaman dibawah 1 detik biasanya ditunjukkan dengan angka sebenarnya yaitu 1s untk 1 detik, 2s untuk 2 detik dan seterusnya.

Kecepatan rendah banyak digunakan untuk mengoptimalkan masuknya cahaya, misalnya kita melakukan pemotretan pada malam hari. Sedangkan kecepatan tinggi banyak digunakan untuk memotret subyek bergerak misalnya memotret sebuah balapan mobil.


ISO/ASA (Film Speed)

berikut kutipan arti Wikipedia tentang ISO/ASA

From Wikipedia, the free encyclopedia:

Film speed is the measure of a photographic film’s sensitivity to light. Film with lower sensitivity (lower ISO/ASA speed) requires a longer exposure and is thus called a slow film, while stock with higher sensitivity (higher ISO/ASA speed) can shoot the same scene with a shorter exposure and is called a fast film. http://en.wikipedia.org/wiki/Film_speed

Dari kutipan tersebut dapat diterjemahkan bahwa ISO menunjukkan sensifitas media perekaman kamera terhadap cahaya atau lebih jauh sensifitas terhadap kerapatan warna. ISO rendah kurang sensitif jadi lebih membutuhkan kecepatan yang lebih lama. sedangkan ISO tinggi lebih sensitif dan dapat digunakan kecepatan perekaman yang relatif lebih cepat.

Dengan kamera digital, penggunaan ISO dapat lebih bervariasi dalam setiap pemotretan, sedangkan kamera analog yang menggunakan film sebagai media perekaman kita harus mengganti filem untuk merubah ISO. Cukup merepotkan. Variasi dan penggunaan ISO secara praktek pernah iwoth posting sebelumnya saat iwoth mengulas tentang lighting pada link berikut: http://iwothdigital.blogspot.com/2008/06/tip-and-trik-digital-photography.html

Secara praktis pemilhan ISO cenderung dihubungkan dengan kondisi cahaya pada saat pemotretan. Contoh extrimnya adalah sebagai berikut: pada saat pemotretan cahaya rendah misalnya memotret suasana kota pada malam hari, kita dapat menggunakan ISO 1600 dengan kecepatan 1/60 detik. kita masih dapat memegang kamera dengan stabil pada setting kecepatan tersebut dan menghasilkan gambar yang ’dapat dilihat’ cukup jelas. Namun hasil gambarnya tentu akan berbeda jika kita menggunakan ISO 100 dengan kecepatan 3 detik dan pemotretannya menggunakan tripod. Dengan ISO 1600 resolusi warna yang dihasilkan kurang rapat dan cenderung pecah, sedangkan dengan ISO 100 reolusi warnanya akan lebih rapat dan tidak pecah.


Fire Works

Foto kembang api disamping diambil dengan setting ISO 400 dan kecepatan rendah 1/2 detik. Dengan kecepatan rendah dihasilkan efek pergerakan cahaya tampak. Diperlukan kejelian dan sedikit trial n error pada saat memotret kembang api. Pemilihan kecepatan yang terlalu lama akan menghasilkan efek pergerakan cahaya yang dapat merusak. Sedangkan pemilihan ISO yang terlalu tinggi dapat memberikan hasil kerapatan warna yang kurang optimal. Foto diambil tapa menggunakan tripod karena dengan menggunakan tripod akan sangat ’ribet’ saat mengambil gambar kembang api.

Canon EOS 350D; ISO 400; f/5.6; 1/2 sec; 19/06/2008 07:18:28 PM


Beautifly 01Beautyfly diambil dengan kecepatan 1/400 detik untuk menangkap pergerakan sayapnya yang ’ngga bisa diam’. Butuh kesabaran untuk mengambil gambar kupu-kupu atau serangga yang lain. Sedikit pergerakan akan mengganggunya dan membuatnya terbang. Tips: Gunakan lensa Zoom yang memadai sehingga kita dapat menempatkan posisi yang tidak terlalu dekat. Namun kita harus benar2 stabil dalam memegang kamera karena dengan menarik Zoom lebih dekat resiko camera shake lebih besar yang membuat hasil foto kurang fokus.

Canon EOS 350D; ISO 200; f/7.1; 1/400 sec; 20/02/2007 12:30:50 PM



Any comments of this post will be so much appreciated for further discussion

Salam, iwoth

Thursday, June 12, 2008

Low Light Photograph

Photography dengan cahaya rendah bisa menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan. Jika kita berhasil memadukan kecepatan dan diafragma sesuai dengan cahaya ada, kita dapat menghasilkan sebuah foto yang sangat menarik bahkan dramatik. Untuk kegiatan photography cahaya rendah, mutlak dibutuhkan cara meng-handle kamera dengan kokoh yang sudah pernah iwoth posting sebelumnya pada link ini. Tripod merupakan peralatan yang vital untuk mendukung kamera agar tetap stabil selama proses perekaman.

Sunset/Sunset Photography

Motret sunset atau suasana senja sangat dibutuhkan kecepatan agar kita tidak kehilangan momentum yang sangat bagus. Bayangkan waktu yang tersedia buat kita hanya beberapa menit saja di saat matahari mulai menunjukkan warna orange keemasan sampai dia benar benar tenggelam ditelan bumi. Kita harus sudah mempersiapkan setting kamera kita antara lain ISO, Kecepatan (shutter speed), dan diafragma sehingga kita tidak perlu membuang waktu untuk pengaturan kamera sementara kita sibuk untuk mendapatkan view dan komposisi yang bagus melalui view finder atau display. Bahkan dalam beberapa situasi kita harus berlari kesana-kemari untuk mendapatkan view yang bervariasi. Kesimpulannya kita memang harus menguasai setting kamera kita. Tip dan Trik untuk setting speed, ISO, dan diafragma mudah-mudahan akan segera iwoth posting.. (many thing i have to do to share my idea.. phew..)

Jetty Cilacap SunsetPhoto sunset berikut iwoth ambil di Area Coal Unloading Jetty - PLTU Cilacap. Iwoth saat itu harus berlari-larian dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mendapatkan view yang berbeda. Langit yang sedikit tertutup awan membuat iwoth merasa beruntung karena matahari sudah menunjukkan mood siap dipotret walaupun masih agak tinggi. Waktu yang iwoth dapat jadi agak panjang.


Canon EOS 350D ISO 100, F/8, 1/160sec :: 07/12/2006 05:38PM

Sunset towerUntuk photo ini diambil saat iwoth sedang driving terus melihat moment langit dengan komposisi yang bervariasi. Iwoth segera menghentikan Carnivalnya terus memotret langit dengan latar muka tower transmisi sutet. Beruntung iwoth bawa kamera saat itu. Ini juga jadi tips buat anda yang hobby photography, bawalah selalu kamera anda kemanapun anda pergi walaupun cuma compact camera karena moment yang bagus dapat datang sewaktu-waktu tanpa anda sadari.

Pada photo ini iwoth tidak menggunakan tripod dan harus stabil dalam meng-handle EOSnya karena kecepatan yang dipakai juga masih relatif cepat 1/60 detik.

Canon EOS 350D ISO 100, F/6.3, 1/60sec :: 11/01/2007 06:06PM


PLTU CILACAP NIGHTSHOTPLTU Cilacap, diambil dari break water sisi timur. Sangat disayangkan langit tertutup awan sehingga efek sunsetnya tidak bisa diperoleh. Jika langit cerah, tentunya efek kemerahan masih dapat ditangkap, sehingga photo terlihat lebih dramatis. Untuk mengobati kekecewaan, iwoth meng-edit photo ini dengan PS-CS2, dan menggantinya dengan langit senja berwarna merah.. hehehehe.. Silahkan dilihat hasilnya di link berikut http://iwoth.deviantart.com/art/Cilacap-powerplant-68504462

Canon EOS 350D ISO 100, F/8, 10sec :: 11/01/2007 06:06PM

Night Photography
Sama dengan sunset photo, untuk pemotretan di malam hari memerlukan dukungan kamera agar kamera tidak bergerak pada saat proses perekaman gambar yang membutuhkan waktu lama. Lama waktu proses perekaman gambar tergantung dari diafragma dan ISO yang digunakan. Untuk ISO semakin besar (misal 800 atau 1600) waktu yang dibutuhkan tentu tidak selama kalo dengan ISO 100 atau 200. Namun dengan ISO yang besar kerapatan warnanya tentu juga akan kurang atau pecah. Gampangnya, ISO rendah hasil kerapatan warna fotonya akan lebih baik dibanading ISO yang lebih tinggi, namun membutuhkan waktu perekaman yang lebih lama. Untuk low light photo, ISO rendah tentu akan membutuhkan waktu yang lebih lama, artinya stabilitas posisi kamera menjadi hal paling penting untuk menghindari camera shake.

Balongan retouched
Photo di atas adalah photo kilang minyak Pertamina di Balongan, Indramayu. Photo diatas diambil pada waktu subuh saat iwoth melintasi wilayah tersebut dalam perjalanan dari Jogja ke Jakarta. Iwoth mengambil gambar dari jarak sekitar 300 meter ditepi jalan raya cirebon-indramayu. beberapa shoot iwoth ambil dengan melakukan variasi posisi dan setting kamera yaitu dafragma,kecepatan, dan zooming lensa.
Canon EOS 350D ISO 200, F/5, 3.2 sec :: 16/05/2007 04:38AM

Prambanan Nightshot

Sama dengan photo kilang balongan, photo Candi Prambanan di atas direkam dengan bantuan tripod untuk memastikan kamera stay still. Bahkan untuk menjamin tidak ada goyangan saat tulunjuk tangan memencet tombol shutter, iwoth menggunakan timer karena ngga punya remote atau kabel release. yang penting kamera ngga goyang. Iwoth merasa sangat beruntung dapat mengambil gambar tersebut karena Kawasan Wisata Candi Prambanan sangat jarang menyalakan semua lampu flood light super white seperti pada foto diatas. Variasi setting yang iwoth pakai dalam mengambil gambar ini selain kecepatan, ISO dan difragma, iwoth juga mengambil variasi white ballance. Setting White Ballance untuk photo diatas iwoth menggunakan fluorescent light.

Indoor Photography

Photo indoor mungkin paling banyak dilakukan baik oleh profesional maupun khalayak pada umumnya misalnya memotret keluarga atau acara resmi seperti pernikahan. Biasanya kita menggunakan lampu flash untuk melakukan pemotretan dengan setting otomatis untuk menjamin hasil foto ’dapat dilihat dengan jelas’. Pernahkan anda berpikir untuk mencoba tanpa menggunakan lampu flash dan menggunakan setting manual untuk mendapatkan hasil foto yang lebih menarik dan terkesan natural..? Ada baiknya anda mencoba dan membandingkan hasilnya.

Pada foto indoor, secara umum terdapat setidaknya tiga sumber cahaya yaitu cahaya natural matahari yang menembus ruangan lewat pintu atau jendela, cahaya lampu fluorescence (neon) dan cahaya lampu Incandescent (pijar). Ketiga cahaya tersebut akan memberikan efek berbeda pada hasil foto jika direkam secara natural tanpa lampu flash. Pada saat pemotretan, perlu diperhatikan setting White Ballance-nya untuk mendapatkan hasil photo yang optimal. Tips untuk indoor photo, dapat digunakan ISO 200 sd 400 untuk mendapatkan setting kecepatan yang tidak terlalu lambat sehingga dapat dihindari terjadinya camera shake. Perlu diingat untuk pemakaian ISO yang terlalu tinggi (ISO800) kita bisa memotret dengan speed yang lebih cepat tapi ada resiko resolusinya menjadi pecah.

Turing Baturaden Day02 09 copyPhoto disamping diambil pada sebuah acara makan malam club penggemar mobil Carnival CSOC di sebuah resto di Baturaden. Perpaduan cahaya neon dan lampu pijar akan menjadi perpaduan menarik melengkapi arsitektural kayu tradisional khas bangunan Jawa. iwoth mengambil gambar ini tanpa bantuan tripod, iwoth menyandarkan badan pada salah satu tiang kayu dan berusaha se-stabil mungkin saat perekaman. Iwoth menggunakan ISO 400 untuk mengurangi waktu perekaman gambar (0.6 detik)
Canon EOS 350D ISO 400, F/5.6, 0.6 sec :: 21/03/2008 08:48PM

My CatPhoto kucing disamping diambil pada posisi kucing disamping jendela. Iwoth agak menunduk untuk me’level’kan kamera dengan mata si kucing. (silahkan klik posting sebelumnya tentang melevelkan kamera dengan mata subyek http://iwoth.blogspot.com/2008/05/tip-and-trik-digital-photography.html Photo ini akan lebih menarik jika saya menggunakan reflektor untuk sedikit manambah cahaya pada sisi kanan muka si kucing. Reflektor bisa dibikin dari lembaran kertas dengan ukuran yang disesuaikan yang pada intinya adalah untuk menambah cahaya dan mengurangi tingkat kegelapan bayangan.

Konica Minota DiMAGE Z3, ISO 100, F/3.5, 1/60 sec :: 03/08/2006 01:23PM


That’s all for the Low Light Photography Tip and Triks.. Any comment will be very appreciated..

Salam, iwoth
ps: tutorial photography yang sama juga diposting di http://iwoth.blogspot.com/

About Lighting, Tentang Pencahayaan
Basically photograph can be defined as recording light that goes trough the lens of a camera. Jadi boleh dibilang cahaya adalah hal yang paling penting dalam menciptakan sebuah photo. Dengan kata lain, hasil photo yang bagus akan banyak ditentukan oleh respon kita terhadap cahaya dan bagaimana kita memilih pencahayaan. Cahaya sendiri pada dasarnya terdiri dari dua jenis, yaitu cahaya natural misalnya cahaya matahari, dan buatan misalnya cahaya lampu.

Pemotretan di bawah cahaya matahari
You can get plenty of light out of the sun, that’s for sure. However, you might have to wait a bit if you want the light to have the quality that you need for your picture. (Philip Greenspunhttp://photo.net/making-photographs/light)

Maksudnya pada saat pemotretan dengan sumber cahaya matahari, kita dengan mudah bisa mendapatkan pencahayaan yang cukup namun kita harus menunggu atau memilih waktu yang tepat untuk mendapatkan kualitas cahaya yang terbaik yang kita inginkan untuk hasil photo yang terbaik.

Pada saat tengah hari yang cerah, kekuatan cahaya matahari sangat kuat. Cahayanya akan sangat terang (hard light) yang menghasilkan bayangan yang sangat kontras. Dalam beberapa kasus, bayangan yang sangat kuat akan membuat foto kita kurang menarik. Misalnya kita sedang memotret seseorang pada tengah hari, karena wajahnya tertutup bayangan rambut atau alis mata, wajah subyek atau matanya yang cakep akan jadi gelap. Hal ini tentunya akan sangat mengecewakan.

Salah satu solusi untuk masalah ini tentunya anda harus cermat menempatkan subject pada posisi yang tepat atau memindahkan subject pada lokasi dibawah lindungan cahaya matahari langsung (under shade). Solusi lain adalah dengan bantuan lampu kilat (fill in flash) atau dapat juga dilakukan pemantulan cahaya dengan reflektor (Tip and Trik lebih lanjut untuk masalah ini Insya Allah akan dibahas pada Chapter2 selanjutnya).

Photo surveyor di atas di rekam dengan metode Fill in Flash, sebagai langkah solusi untuk menghilangkan bayangan yang terdapat pada area mata dan area dibawah helm. Waktu pemotretan sekitar jam 9pagi tapi cahaya sudah sangat kuat sehingga menimbulkan bayangan yang sangat terlihat. Bayangan juga tampak kuat dibawah lensa dan tombol pengatur peralatan survey. Dengan Fill in Flash, bayangan dapat direduksi. Photo pun jadi menarik untuk dilihat.

Canon EOS 350D ISO 100, F/8, 1/200 sec :: 24/07/2007 09:15PM


Waktu yang baik untuk pemotretan
Waktu yang baik untuk pemotretan under the sunlight tentunya pada saat-saat dimana cahaya matahari tidak terlalu kuat yang dapat menimbulkan efek bayangan yang tidak diinginkan. Tidak semua efek bayangan adalah buruk, untuk pemotretan siluet saat sunset bayangan matahari justru dapat menghasilkan efek yang dramatis.

Untuk lanskap photography waktu yang baik tentunya adalah pagi hari. Banyak postcard yang bergambar lanskap berupa persawahan di Bali yang dipotret pada saat pagi hari yang cerah. Kekuatan cahaya matahari pagi belum begitu kuat memberikan efek warna menjadi lebih sejuk. Bayangan yang ditimbulkan juga tidak terlalu kuat.


Selain pagi hari sore hari juga merupakan waktu yang baik untuk pemotretan. Efek warna yang dihasilkan tentunya berbeda dengan pagi hari. Foto pada sore hari memberikan efek warna yang hangat.

Photo diatas diatas diambil pada jam setengah delapan pagi, langit sangat cerah. Suasana segar dapat terekam dengan bagus. Diafragma diambil F/8 untuk memperpanjang rangge fokus (depth of field) karena gambar diambil pada jarak yang cukup jauh.
Canon EOS 350D ISO 200, F/8, 1/200 sec :: 22/12/2006 07:33AM


Pada foto diatas, pemotretan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan teknik backlight, sinar matahari yang tidak terlalu kuat justru menimbulkan efek rambut dan jaket yang berkilau sementara wajah dan tubuh bagian depan tidak terlalu gelap.

Foto anak-anak bermain di pantai Renehan diambil
pada sore hari. Cahaya matahari masih tampak kuat. iwoth menunggu momen yang pas dan mengambil gambar saat ’the boys’ menghadap matahari.
Canon EOS 350D ISO 100, F/8, 1/320 sec :: 18/03/2007 03:17PM




bersambung ke chapter selanjutnya..
any comment will be appreciated.

Salam, iwoth..
ps: tutorial photography yang sama juga diposting di http://iwoth.blogspot.com/

Portrait Photography

Kegiatan photography yang banyak dilakukan secara umum adalah portrait photography dimana kita motret orang-orang yang dekat dengan kita, misalnya motret anak-anak, teman, sodara or pacar (keknya ini yang paling banyak deh... hehehe). Terdapat beberapa error yang sering kita lakukan saat melakukan portrait photo yang menyebabkan hasil foto menjadi kurang enak buat mata kita, not delicious for our eyes.. Pada sesi ini iwoth pingin share tip dan trik sederhana dan belum pingin membahas secara detail tentang pencahayaan, kecepatan, dan ISO.. setidaknya agar error yang umum terjadi bisa dihindari.

Secara garis besar, tips untuk foto potrait tidak terlepas dari aturan 1/3 (onethird rules) yang sudah dibahas pada chapter sebelumnya yaitu menempatkan subject pada daerah 1/3 atau 2/3 frame baik untuk orientasi horisontal maupun vertikal. Hal yang perlu dicermati adalah memberikan ruang yang lebih besar pada frame pada arah pandangan subyek, terlebih untuk foto close up, penerapan aturan 1/3 sangat berpengaruh besar pada hasil foto. Foto close up berikut diambil dengan memberikan ruang ’sedikit’ lebh banyak pada sebelah kiri, karena subject cenderung menghadap ke kiri. Hal yang sama juga diterapkan untuk foto Arfan maen bola di bawahnya dimana ruang kosong di sebelah kiri diberi porsi yang cukup besar.
The Most Bueaty

Focus 01
Motret anak-anak. Saat-saat yang indah bersama anak-anak memang menjadi moment yang harus selalu diabadikan baik dirumah, apalagi pada saat piknik bersama keluarga. Motret anak-anak sebenarnya ngga terlalu susah, namun kadang-kadang hasilnya kurang begitu bagus, misalnya badan anak yang dipotret terlihat lebih pendek, lebih gendut dan kurang proporsional. berikut tips memotret anak-anak dan bayi agar hasilnya lebih enak dilihat.

  • Levelkan atau sejajarkan lensa kamera dengan ketinggian mata anak yang dipotret. Tip ini sering dilupakan atau kurang dimengerti secara umum. Kita tanpa sadar hanya berdiri dan langsung memotret kearah anak-anak, alhasil, anak kita jadi kelihatan lebih pendek dan kurang menarik. Lakukan tips barusan dengan sedikit membungkuk, atau jongkok kalo perlu. Cobalah, foto anak kita pasti akan lebih baik dan lebih enak dilihat. ingat, aturan 1/3 yang sudah dibahas dalam chapter one jangan dilupakan.. Pada foto dibawah, iwoth motret Arfan agak menunduk untuk dapat melevelkan kamera dengan mata si Arfan.


  • Tips yang sama juga bisa diterapkan pada saat kita motret bayi yang sedang dalam posisi tidur. Hadapkan kamera pada wajah atau mata bayi.

Motret binatang
Sama halnya dengan memotret anak-anak, motret binatang khususnya binatang piaraan yang ukurannya relatif kecil perlu ekstra hati-hati dalam menempatkan kamera agar dapat berhadapan dan di levelkan dengan wajah atau mata binatang. Usaha ekstra perlu dilakukan jika anda menggunakan kamera SLR yang harus melihat subject lewat view finder. Untuk dapat melevelkan kamera terkadang kita harus dalam posisi berbaring atau tengkurap. Phew..


Motret Mobil
Banyak tips untuk motret mobil kesayangan kita.

  • Arahkan roda kesamping seolah lagi belok. Cara ini bisa bikin hasil foto mobil lebih menarik. Foto berikut contoh arah roda yang dibelokkan walopun ngga terlalu ekstreem. Cobalah untuk memotret dengan arah roda yang lurus dan dibelokkan, pasti hasilnya akan berbeda..

  • Ambil salah satu sisi mobil untuk jadi panduan untuk disejajarkan dengan salah satu sisi frame foto. Pada foto berikut garis merah menunjukkan salah satu sisi mobil yang disejajarkan pada salah satu frame foto


That’s it for the Chapter Two.. see ya in the next Chapter Three.. Insya Allah..

you can click this link to see iwoth’s photo gallery @ Deviant.Art
http://iwoth.deviantart.com/gallery/

Now photography becomes a very popular along with the rapid growing of digital cameras in the whole world. Pada episode ini iwoth ingin share what he knows about photography mulai dari yang paling sederhana hingga mudah-mudahan tingkat mahir.. (kehkehkeh..) Siapkan diri anda, untuk mendapatkan pencerahan yang menarik dari mas iwoth tentang photography.. ;-)

Eniwey, you can click this link to see iwoth’s photo gallery @ Deviant.Art
http://iwoth.deviantart.com/gallery/


First.. Very basic photography.. Holding the camera..
Hal pertama pertama yang musti diperhatikan sebelum memotret adalah pegang kamera anda dengan kokoh dan stabil. Banyak hasil foto yang kurang bagus disebabkan oleh hal yang sangat sederhana karena memegang kamera yang kurang stabil sehingga kamera goyang saat proses perekaman gambar berlangsung atau dalam istilah photography terjadi camera shake saat shutter speed di release. Emang pada saat ini banyak kamera digital khususnya compact camera (pocket atau dengan lensa fixed) yang sudah dilengkapi dengan fitur stabilizer atau shake reducer namun pada saat kita menghadapi cahaya rendah yang membutuhkan waktu perekaman yang lama (slow shutter) memgang kamera dengan stabil tetap sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk kamera SLR (single lense reflex, kamera dengan lensa yang dapat diganti-ganti) stabilizer atau shake reducer umumnya terdapat pada lensa-nya. Lensa SLR yang sudah ada fitur stabilizernya biasanya sangat mahal. Kesimpulannya, mengang kamera dengan kokoh adalah syarat yang tidak boleh dilupakan..

Untuk kamera SLR pegang erat camera dengan meletakkan alas kamera pada telapak tangan kiri anda (untuk non kidal) seolah-olah kamera duduk pada telapak tangan. Ibu jari dan keempat jari upayakan dapat flexibe memegang lensa untuk mengatur zoom dan fokus (jika menggunakan manual focus) Upayakan posisi siku dan lengan tangan relatif rapat dengan dada untuk menjaga kestabilan pegangan. banyak posisi yang bisa dipakai yang pada intinya untuk menjaga kestabilan kamera.

holdingImage disamping adalah gambar Bang Oka yang harus meletakkan kameranya diatas sandaran kursi untuk menjaga ke-stabilan kamera saat memotret dengan cahaya ruangan yang membutuhkan slow speed tanpa lampu flash.








holdingUntuk kamera compact dengan ukuran yang (kian hari kian) kecil dan tipis, perlu sedikit latihan menyesuaikan dengan ukuran kamera dan tangan kita. tidak ada trik khusus yang bisa iwoth sampaikan kecuali biasakan untuk tetap stabil sambil mata kita mengamati display monitor untuk image yang akan dipotret..

Memegang kamera dengan stabil sangat disarankan pada saat kita memotret dengan menggunakan zoom. Saat zoom kita besarkan secara penuh misalnya pada 200 mm atau 300mm, jika terjadi goyangan sedikit saja pada saat proses perekaman, akan berakibat foto kita jadi buruk atau blur...


Second.. Still very basic.. Subject Position in the Frame..
Pada level ini iwoth pingin share tentang bagaimana memotret dan menempatkan subject ke dalam sebuah frame foto sehingga foto kita akan tampak lebih menarik. Istilah subject yang iwoth pakai disini maksudnya adalah obyek gambar dalam istilah keseharian secara umum. Kedengaannya cukup aneh, motret subject aja koq ada teorinya.. iwoth is not gonna discusse about teory, karena itu adalah jatahnya para pakar, hehehe.. iwoth pingin share tentang fakta bahwa memotret subject dalam penempatan dan posisi yang berbeda ternyata memberikan daya tarik yang berbeda..

Oke, let’s start diskusinya..
Pada umumnya jika kita memotret sebuah subject, secara refleks kita pasti akan menempatkan subject tepat ditengah-tengah frame foto. Pada saat kita memotret sesorang bahkan kadang-kadang kita tidak sadar kalau ada bagian tubuh misalnya bagian kaki terpotong karena perhatian kita fokus pada wajah. Cara memotret yang demikian bukan berarti hasil foto akan buruk, tapi ada tip memotret dengan cara lain sehingga hasil fotonya akan tampak lebih menarik dan enak dilihat. atau bahasa tukul-nya bagaimana hasil fotonya delicious for the eyes.. hehehe..

pada foto broken statue disamping iwoth memotret patung dalam posisi tidak persis pada tengah-tengah. Garis kuning adalah centre-line dari sebuah frame.

Terdapat satu aturan yang disarankan oleh para pakar yang disebut dengan istilah rule of third atau aturan sepertiga (kira2 aja ngartiinnya..) aturan ini membagi frame menjadi sembilan bagian dengan membuat garis bagi masing sepertiga baik horizontal maupun vertikal. Point of interest terletak pada garis bagi 1/3 atau 2/3.









Pada image diatas, terdapat garis-garis hijau yang membagi frame menjadi sembilan bagian. haris hijau terletak pada posisi 1/3 dan 2/3 merupakan point of interest. iwoth memotret dan memposisikan welder tersebut pada garis 1/3 disebelah kanan. Memang dalam penempatan posisi subject tidak perlu terlalu tepat pada garis point of interest.

Selanjutnya, Anda dapat membandingkan sendiri foto dengan memotret subject tepat ditengah dengan subject yang diposisikan pada point of interest menurut rule of third.. Mana yang lebih menarik..?

Second tip for position and framing.. Jika anda sudah dapat memahami tentang penempatan subject dengan mengikuti aturan rule of third, tips selanjutnya adalah dimana sebaiknya subject ditempatkan, pada posisi 1/3 atau pada posisi 2/3. Tips-nya sangat sederhana yaitu menempatkan posisi subject dengan mengamati arah pandangan subject. kita lihat foto welder di atas.. sang welder cenderung melihat arah kesebelah kiri dalam frame. Saat memotret welder, iwoth menempatkan Tuan Welder pada garis sepertiga bagian kanan dimana iwoth memberikan ruang yang lebih banya pada arah pandangan Tuan Welder. Begitu juga pada foto Bang Oka yang lagi nge-shoot dengan Canon EOSnya, iwoth memberikan ruang yang lebih banyak pada frame bagian kanan, karena Bang Oka melihat ke arah kanan..

Jka pandangan subject cenderung melihat keatas, berikan ruang yang lebih banyak juga dibagian atas frame.. Pada foto Tuan Welder diatas, ruang kosong bagian kiri dan atas dapat diberi porsi yang lebih banyak.. Simpelkaan... Silahkan dicoba dan rasakan bedanya.. :)

Image-image berikut adalah contoh-contoh penempatan subject dalam sebuah frame.

to be continued on the next tutorial on chapter two..
Salam..

 

blogger templates | Make Money Online